Saya melihat kematian datang dan saya ingat bahwa saya tidak merasakan panik melainkan saya berdoa doa Bapa Kami dengan sungguh-sungguh, dan meminta Tuhan untuk mengampuni semua dosa saya baik yang sadari maupun yang tidak saya sadari. Kemudian, saya merasakan kesunyian yang luar biasa, dan saya ingat saya memasuki sebuah terowongan yang panjang, dengan cahaya yang amat terang di ujung, dan mendengarkan musik yang begitu indah yang tidak dapat saya lukiskan dengan kata-kata! Saya berjalan melewati terowongan menuju cahaya terang itu. Semakin dekat saya kepada cahaya itu, semakin saya merasakan damai menyelimuti hati saya. Saya yakin sekali bahwa saya sedang berjalan “pulang” menuju Allah yang telah mempersiapkan segalanya bagi saya.
Kemudian tiba-tiba sementara saya terus melewati terowongan, saya melihat teman-teman saya mengangkat tubuh saya keluar dari air dan berusaha dengan putus asa agar saya kembali bernafas. Saya merasakan di dalam diri saya suatu keadaan yang sangat baik sehingga saya tidak ingin kembali ke tubuh yang fana ini. Tetapi Allah seolah berkata kepada saya bahwa waktu saya belum tiba, dan saya pun tersadar di atas perahu.
Pengalaman saya itu saya simpan di hati saya, dan sejak saat itu saya tidak pernah lagi merasakan takut akan kematian, karena saya tahu apa yang sedang menantikan saya.
Sejak saat itu saya selalu berusaha untuk bersiap-siap pulang ke “rumah”, sebab tidak adalah seorang pun yang tahu kapan kematian menjemput kecuali Bapa saja yang mengetahuinya.
Betapa hal yang luar biasa mengetahui bahwa kita telah siap melalui pertobatan dari segala kesalahan kita, dan mengetahui bahwa kita telah diampuni bukan karena kita layak menerima pengampunan itu, melainkan semata-mata karena anugerah Allah.
Hari-hari ini saya tengah menjalani perawatan oleh karena penyakit yang
parah dan baru beberapa minggu yang lalu saya mengalami reaksi yang buruk
terhadap obat bius anti nyeri yang diberikan. Saya dalam keadaan koma tanpa
menyadarinya, dan andai saja isteri saya tidak berada di sana dan
membunyikan alarm, saya mungkin telah mati.
Saat itu, tidak ada lagi waktu bagi saya untuk “mempersiapkan diri” sebelum
bertemu Tuhan saya, sebab saya tidak sadar akan apa yang tengah terjadi.
Saya tahu bahwa saya telah siap sekarang. Namun saya ingin bertanya kepada
Anda jika Anda memiliki keberanian untuk membacanya: “Apakah Anda siap?”
Saya merasa bahwa kita sedang membuat kesalahan besar dengan kita menarik
orang ke gereja dan mengkhotbahkan bahwa Allah itu kasih dan Dia mengasihi
kita apa adanya. Memang hal itu benar, tetapi bukan kebenaran yang utuh.
Kita harus mengakui bahwa kita orang berdosa dan kita harus bertobat dari
semua kesalahan kita. Barulah kita dapat memiliki damai dengan Pencipta kita
dan kita akan mampu menghadapi kematian tanpa takut lagi.
Jean François Bur
7 Juli 2009