Pelatihan tanpa batas, tanpa dinding, dan tanpa biaya sejak tahun 1985. 5000+ halaman sumber daya gratis dalam 27 bahasa dunia.

10. Yesus, Misionaris Allah

Juga tersedia dalam: English Français Deutsch Español Português

Bacalah Bagian Alkitab Ini
Kejadian 11:1-9; 1 Tesalonika 1:1 hingga 2:16

Hafalkanlah Ayat Ini
Ibrani 10:7 "Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan Kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku" Ibrani 10:7

Mazmur 40:8, 9 Lalu aku berkata: "Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku."

Diskusikanlah Hal Ini
Coba saling berceritera dengan teman-teman Anda tentang kebudayaan Anda masing-masing; sambil dipikirkan bagaimana kaitannya dengan isi pelajaran nomor 2 di bawah "Apakah kebudayaan itu merupakan pembatas ataukah sarana?"

Lakukanlah dalam Minggu Ini
Jika Anda sudah menjadi orang percaya untuk waktu yang cukup lama, mungkin Anda telah lupa bagaimana rasanya berada di luar Keluarga Allah. Pergilah kunjungi beberapa bar, diskotik, pasar, peristiwa / event olah raga, perhatikan orang-orang yang ada di situ, tataplah wajah mereka, pelajari sesuatu dan coba catat dengan saksama berapa banyak percakapan yang telah berhasil Anda lakukan di tempat-tempat itu.

Tugas Tertulis untuk Diploma
Lihatlah sejenak pelajaran nomor 3 di bawah tentang perlunya penyesuaian diri. Tulis dua halaman esai yang menguraikan pendapat Anda tentang kelima judul pelajaran di bawah. Bagaimana cara Anda membangun komunikasi dengan orang asing yang baru pertama kali Anda temui agar Anda dapat dimengerti oleh mereka?

Renungkanlah Ayat Ini, Kata demi Kata
Ibrani 10:5-7

 

Suatu Kisah Nyata

Satu kelompok orang-orang Barat yang mempunyai Visi untuk Pelayanan Misi, pergi ke suatu tempat di pulau yang jauh tanpa diundang dan tanpa berkonsultasi lebih dahulu dengan Gereja Nasional setempat. Bahkan beberapa orang percaya setempat merasa curiga terhadap mereka dan tidak lama kemudian rombongan misionaris tersebut dikucilkan oleh persekutuan orang percaya setempat. Untuk beberapa tahun orang-orang Barat itu tetap mempergunakan bahasa asli mereka, kebudayaan mereka, makanan dan cara-cara kerja dan cara menyembah mereka.

Memang menyedihkan tetapi tidak mengherankan, dan akhirnya pelayanan misi mereka tidak mengalami pertumbuhan dan tidak membawa hasil apapun.

1. Yesus, Misionaris Allah

Ketika Anak Allah menanggapi panggilan Bapa-Nya seperti dituliskan dalam Mazmur pasal 2 dan kemudian diputuskan untuk pergi ke bumi, Dia menyeberangi lintas budaya yang paling besar perbedaannya. Dia meninggalkan kemurnian dan kesempurnaan di Rumah-Nya di Surga untuk datang ke bumi yang dicekam oleh dosa, penyakit, ke-aku-an, setan-setan dan kemiskinan. Bagaimana Dia datang ke sini?

Dia datang ke antara orang-orang Yahudi sebagai bayi Yahudi laki-laki dengan orangtua Yahudi. Yesus memilih untuk dilahirkan seperti kebanyakan orang, miskin tidak kaya, tidak agamawi dan juga tidak punya kuasa. Dia tinggal dalam satu keluarga sederhana yang bekerja dan Dia mempelajari konteks budaya manusia di tempat itu. Seperti orang-orang lainnya, Dia tahu tentang panas, dingin, kelaparan dan kekejaman pasukan Romawi.

Ketika tiba saat-Nya, Dia melayani sebagai seorang Yahudi kepada orang Yahudi lainnya dalam bahasa sehari-hari, menghormati kebudayaan dan adat-istiadat Yahudi. Dia begitu menyatu dengan orang-orang setempat sehingga ketika prajurit-prajurit Romawi datang untuk menangkap-Nya, mereka perlu diberitahu yang mana Yesus. Yesus mengumpulkan dan melatih orang-orang biasa di tempat. Sesudah kenaikan-Nya Dia melimpahkan tugas pelatihan itu kepada mereka yang sudah terlatih, mempercayakan teman-teman-Nya ini untuk melanjutkan tugas-Nya.

Dapatkah Anda melihat perbedaannya?

Para misionaris Barat dalam kisah yang pertama di atas, memang benar, membawa Kasih Allah tetapi sayang mereka bersikap pasif, mereka mengharapkan orang-orang setempat untuk datang dan masuk dalam kebudayaan mereka. Berbeda sekali ketika Yesus datang membawa Kasih Allah, yang sama, ke dunia, Dia dengan sepenuh hati-Nya masuk ke dalam budaya dan adat-istiadat manusia dengan tujuan untuk dapat memenangkan kita bagi kerajaan surga.

2. Apakah kebudayaan itu pembatas atau sarana?

Apakah itu kebudayaan? Kebudayaan itu adalah suatu kesatuan antara unsur-unsur gaya hidup, bahasa, kebiasaan, adat-istiadat dan organisasi sosial yang memberikan identitas dan ciri-ciri tertentu kepada sekelompok orang.

Kebudayaan berbicara tentang tingkah laku, bahasa tubuh, saling-hubungan dan saling menyapa. Kebudayaan itu adalah tentang bagaimana orang-orang berbicara, makan, berpakaian, bekerja, menyanyi, bermain dan berniaga.

Anda dapat melihat ciri-ciri suatu kebudayaan dalam seni arsitektur, gedung tempat ibadah dan sistem kerja dalam pemerintahan, tata-hukum dan pendidikan sekolah. Anda dapat melihat ciri-ciri suatu kebudayaan dalam hal ada atau tidak-ada-nya sikap saling menghormati dan juga dalam cara bersikap atau memandang terhadap hal-hal pribadi dan tentang waktu.

Apakah kebudayaan itu baik atau jahat?

Kejadian 11:1-9 dan seluruh pasal 10 menunjukkan kepada kita bahwa kebudayaan itu berasal dari Allah yang menyebarkan orang-orang dalam berbagai rumpun suku bangsa; dan setelah berabad-abad kebudayaan itu berkembang. Hari ini Yesus mengutus kita untuk menjadikan murid-Nya dari setiap etnis, segala bangsa, suku-kaum-bahasa, atau berbagai macam kelompok budaya. Pada akhir zaman orang-orang dari setiap latar-belakang budaya yang berbeda akan menyembah di sekeliling Tahta Allah.

Kebudayaan adalah wahana atau pembawa dari Injil, dan sama sekali bukan pembatas. Mengapa? Sebab sekali mereka menerima Kristus, mereka dapat membawa kabar baik yang mereka terima itu kepada anggota kelompoknya dengan cara yang paling mudah dapat dimengerti karena mereka mempunyai bahasa, tata-cara dan adat-istiadat yang sama. Dengan meneladani cara Yesus ber-kontekstualisasi, para misionaris lebih berpeluang untuk dapat mengumpulkan dan mengajar orang-orang setempat.

3. Misionaris yang baik selalu menyesuaikan diri

Kasih seseorang kepada orang lain berarti mengadakan suatu perubahan besar dalam diri orang itu agar dia dapat berkomunikasi dengan orang yang dikasihinya itu. Hati-hatilah, jangan sampai Anda berpikir bahwa Anda lebih tahu daripada orang lain. Berita Injil itu tidak pernah berubah, tetapi cara menyajikannya harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat, kalau tidak demikian maka tidak akan ada orang yang dapat memahami maksud tujuan Anda dan apa yang Anda katakan.

Untuk dapat melihat adanya pertobatan yang benar dan adanya keputusan yang pasti untuk mengikut Kristus dan meninggalkan ilah-ilah palsu, maka harus ada:

 

1     Hubungan antara orang tersebut dengan Anda.

2     Komunikasi (tanya jawab) dalam berita Injil yang Anda sampaikan.

3   Pemahaman, "Ya, ini mempunyai arti yang sama bagi saya dan bagi Anda."

Transformasi / perubahan kehidupan petobat baru sebagai tanda pertobatan.

5 Kemitraan (bekerja sama) dalam pekerjaan pelayanan dalam pekerjaan Injil.

4. Kunci nomor satu adalah "Pandangan Hidup"

Pandangan hidup seseorang adalah bagaimana orang itu, baik pria maupun wanita, memandang Allah, memandang dirinya sendiri dan memandang kekekalan. Pertobatan dan perubahan harus terjadi sekarang sebagai langkah pertama meninggalkan adat istiadatnya secara bertahap dengan cara menyesuaikan diri dengan Firman Allah. Sebelum Anda berbicara kepada orang-orang di mana Anda terpanggil untuk melayani, maka Anda harus mengambil waktu secukupnya untuk mengkaji dan memahami dengan tepat dan benar bagaimana pandangan hidup mereka. Pandangan hidup mereka mungkin sangat religius di mana dalam setiap percakapan hampir selalu melibatkan Allah atau ilah-ilah, atau mungkin juga sangat bersifat sekuler seperti ateisme-marxist. Dari dasar pandangan hidup semacam inilah terlahir bentuk-bentuk kepercayaan mereka, kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari dan sistem nilai mereka (cara mereka menilai sesuatu), baik ataupun buruk.

5. Paulus menempatkannya dengan benar, kita pun bisa juga

Dalam 1 Tesalonika 1 dan 2, kita membaca bagaimana orang-orang kafir berbalik dari berhala mereka untuk melayani Allah Yang Benar dan Yang Hidup. Paulus mengatakan bahwa Injil dapat sampai kepada mereka itu tidak sekedar dengan kata-kata saja, tetapi ada faktor-faktor lain, oleh karena itu marilah kita mempelajari 3 hal yang banyak juga berkaitan dalam hal ini:

Gaya hidup yang membuahkan suatu hubungan

Mereka melihat paling sedikit ada 12 kualitas dalam kehidupan Paulus, maka mereka mencoba untuk meneladaninya, walaupun mereka harus mau menerima sengsara salib. 1 Tesalonika 2:3-8, 10-12.

Komunikasi dan Pemahaman akan berita Injil yang disampaikan.

Mereka menyambut kita dan mereka juga memahami berita yang kita sampaikan dengan cukup baik sehingga hal itu dapat mendorong mereka untuk berbalik dari berhala-berhala mereka. 1 Tesalonika 1:9.

Cara Paulus dalam melakukan Pelayanan.

Dia bekerja mencari nafkah seperti mereka. 1 Tesalonika 2:9.

Dia melayani dalam Kuasa Roh Kudus, 1 Tesalonika 1:5.

Di tahun 1700an Misionaris dari Moravia bahkan sampai berani memasuki kelompok-kelompok penderita kusta, dan rela menjadi penderita kusta demi untuk memenangkan penderita kusta yang lain; ada yang rela menjadi budak demi untuk memenangkan budak-budak yang lain. Sekarang ini, di Filipina, para misionaris memilih untuk tinggal di antara fakir miskin untuk memenangkan mereka bagi Kristus. Keith Smith tinggal di gubuk Fulani, memelihara sapi Fulani, berpakaian ala Fulani, berbicara bahasa Fulani dan memenangkan orang Fulani bagi Kristus.

 

Rumah Doa untuk Segala Bangsa

Berdoa untuk El Salvador

Operation World Page halaman 207. 6.000.000 orang, 80% miskin. Kaum Injili bertumbuh dari 2% hingga 20% setelah perang, gempa bumi dan kesengsaraan

Skip to content